SuaraBogani.com__ Kenaikan harga beras kembali menjadi sorotan masyarakat Kotamobagu di awal Juli 2025. Harga yang semula berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kilogram, kini telah menembus angka Rp 17.000 per kilogram. Bahkan untuk jenis premium seperti Superwin, harga bisa mencapai Rp 18.000 per kilogram, atau lebih dari Rp 1.070.000 per koli (60 kg). Kondisi ini membuat banyak warga terpaksa mengurangi jumlah pembelian beras, yang sebelumnya biasa membeli 10 kg kini hanya mampu membeli separuhnya.
Di Pasar 23 Maret Kotamobagu, para pedagang menyebut kenaikan ini terjadi secara bertahap dalam dua minggu terakhir. Penyebab utamanya adalah berkurangnya pasokan dari daerah penghasil, seperti Gorontalo dan Bolaang Mongondow. Selain itu, distribusi dari luar daerah mengalami keterlambatan karena faktor cuaca dan kendala logistik, sehingga berdampak pada ketersediaan stok di pasar lokal.
Tidak hanya terbatas pada faktor distribusi, pedagang juga mengungkapkan bahwa harga dari pemasok besar mengalami lonjakan signifikan. Beras jenis Serayu dan Superwin yang sebelumnya dijual dengan harga Rp 900.000 per koli kini sudah tembus Rp 1.000.000 hingga Rp 1.070.000 per koli. Kenaikan ini otomatis memengaruhi harga eceran di tingkat pengecer dan pasar tradisional.
Masyarakat pun berharap pemerintah segera turun tangan melalui operasi pasar. Sejumlah warga menyuarakan kekhawatiran karena belum ada langkah nyata dari pihak berwenang untuk menekan kenaikan harga ini. Mereka berharap ada subsidi harga atau pasokan langsung dari Bulog untuk menstabilkan pasar.
Pemerintah Kota Kotamobagu melalui Dinas Perdagangan menyatakan bahwa pihaknya tengah berkoordinasi dengan Perum Bulog untuk menggelar operasi pasar dalam waktu dekat. Langkah ini dianggap sebagai solusi jangka pendek yang bisa menekan harga dan menjawab keluhan masyarakat. Selain itu, pemerintah menekankan bahwa meskipun harga di Kotamobagu naik sekitar 7 persen, persentase ini masih lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain di Sulawesi Utara yang mengalami lonjakan 12 hingga 29 persen.
Meski demikian, pengamat pasar lokal menilai bahwa harga kemungkinan besar akan tetap tinggi setidaknya hingga pertengahan atau akhir Juli 2025. Dua faktor utama yang bisa menurunkan harga secara signifikan adalah operasi pasar dan masuknya masa panen raya dari wilayah pertanian sekitar Bolaang Mongondow. Jika panen berlangsung lancar pada akhir Juli hingga awal Agustus, maka pasokan lokal akan meningkat dan tekanan terhadap harga bisa mereda.
Sampai saat ini, masyarakat diminta tetap waspada dan tidak melakukan pembelian dalam jumlah berlebihan. Pembelian kolektif bersama tetangga atau keluarga besar menjadi salah satu alternatif untuk mendapatkan harga grosir yang lebih terjangkau. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat mempercepat distribusi beras dari cadangan pemerintah sebagai bentuk konkret dalam menstabilkan harga kebutuhan pokok yang satu ini.