SuaraBogani.com__Bolaang Mongondow Timur..Di jantung Hutan Bukaka, Kecamatan Kotabunan, Sulawesi Utara, tersembunyi sebuah mahakarya alam yang seolah menanti untuk ditemukan: Air Terjun Kayaton. Meski belum dikelola resmi oleh Pemerintah Daerah, pesonanya telah memikat hati para pegiat alam, fotografer, dan pencinta petualangan yang mencari keindahan di luar jalur wisata umum.
Air Terjun Kayaton berdiri megah dengan ketinggian lebih dari 50 meter, dikelilingi vegetasi tropis yang masih perawan. Derasnya aliran air yang jatuh bebas dari tebing batu, menciptakan suara gemuruh yang justru menenangkan—seolah nyanyian alam dari perut Gunung Garini. Di sinilah pelukan langit turun membasuh bumi, dan para pengunjung berdiri terdiam dalam kekaguman yang tak cukup direkam kamera manapun namun dengan ingatan yang akan dibawa pulang dan rasa untuk kembali..
Perjalanan menuju Kayaton bukan tanpa tantangan. Dari pusat Kecamatan Kotabunan, pengunjung harus menempuh sekitar 15 km ke Desa Bukaka. Lalu dilanjutkan dengan trekking sejauh ±3 km atau sekitar 1–2 jam berjalan kaki melewati Perkebunan warga, semak, dan jalur hutan alami tanpa papan penunjuk. Namun, justru itulah pesona sesungguhnya—perjalanan yang menguji niat, membakar semangat petualangan, dan menyuguhkan pengalaman menyatu dengan alam.
Amu’ Mokoginta, Seorang pegiat outdoor asal Kotamobagu, menyebut Kayaton sebagai air terjun tertinggi di Bolaang Mongondow Raya. Ia telah beberapa kali mengunjungi lokasi ini dan bahkan pernah bermalam di sana. Dalam kesaksiannya, ia sempat bertemu burung rangkong Sulawesi, menyaksikan kawanan Macaca, dan menangkap keindahan Kayaton dalam karya fotografi yang, menurutnya, tak bisa mengungkapkan seluruh getaran rasa saat berdiri di bawah air terjun itu.
“Menurutnya Musim kemarau antara Juni hingga September menjadi waktu ideal untuk berkunjung. Selain cuaca cerah, pencahayaan alami pada pagi hingga siang hari akan membuat pengalaman dan hasil dokumentasi jauh lebih maksimal. Namun, yang terpenting bukan sekadar hasil swafoto—melainkan rasa syukur yang tumbuh saat menyadari bahwa keindahan semacam ini masih dijaga, masih murni, dan masih setia menunggu mereka yang benar-benar ingin pulang ke alam”
Kayaton bukan hanya destinasi, tapi juga proses kontemplatif. Ia menyambut dengan sunyi, menawarkan keagungan tanpa panggung, dan menyimpan getaran spiritual yang begitu dalam bagi siapa saja yang datang dengan hati yang terbuka. Meski belum ramai dikunjungi, warga sekitar telah menjadi penjaga alami, memastikan bahwa ekosistem tetap lestari dan jalur tetap aman bagi penjelajah.
Bagi siapa saja yang lelah dengan hiruk-pikuk dunia, Air Terjun Kayaton menawarkan keheningan yang menyentuh. Ia bukan hanya air yang jatuh dari langit, tapi juga doa alam yang dijawab lewat gemuruh yang menggetarkan jiwa. Datanglah, bukan sebagai pelancong biasa, tapi sebagai pencari makna. Sebab Kayaton tak akan menjerit, tapi ia akan berbicara langsung ke dalam hati.
Air Terjun Kayaton merupakan contoh nyata dari kekayaan alam Bolaang Mongondow Raya yang belum banyak diketahui publik luas. Diperlukan dukungan dan kesadaran bersama agar destinasi seperti ini tetap lestari tanpa mengorbankan kealamiannya demi eksploitasi pariwisata masif. Bagi para petualang sejati, Kayaton bukan hanya tempat, tapi pengalaman jiwa.